[#2] The Unrequited Love Poem - Syllables
#2
The Unrequited Love Poem
Syllables
Oleh: Refa Annisa
Kalau bagi Tanya Baskoro, memikirkan seorang Ale sebagai Aldebaran Risjad akan membuat kenangan yang dimilikinya tidak akan emosional lagi. Perasaan di dalamnya akan menghilang. Seiring ia berusaha mengingat lelakinya tidak dengan panggilan penuh kenangannya, dengan harap kelak ia akan mengenal Ale sebagai tokoh-tokoh terkenal di dunia yang ia ketahui kisahnya. Bukan Ale yang ia cintai.Namun, bagiku, mengenalmu dalam nama Aresta Dirga membuatku semakin jatuh cinta kepadamu. Setiap hurufnya mendeskripsikan bagian dari dirimu. Setiap suku kata yang kusebut membuat jantungku berhenti berdetak untuk sejenak. Setiap kata berkolaborasi, menyatu, menggambarkan dirimu yang selalu kucintai tanpa henti. Aresta, Aresta Dirga, atau namamu yang lain yang tidak pernah kugunakan untuk menyebutmu, keseluruhannya tetap membuat sekujur tubuhku berdesir ketika mendengarnya.
"Apa masalahnya dengan syllable lebih banyak? Kupikir nggak masalah kalau aku panggil kamu Allena daripada Al." Terdengar ia memprotesku balik ketika aku protes soal ia memanggil nama depanku dengan lengkap. Allena, bukan Al seperti aku memintanya. "Kayaknya aku juga sudah pernah bilang kalau aku lebih suka Allena ketimbang Al."
"Sebuah syllable selalu bermakna, Aresta," Aku mengangkat bahuku lalu meneguk cola milikku yang kini kalengnya sudah basah efek menerima kalor dari lingkungan sekitar. Aku kembali melanjutkan, "Bagiku, bahkan setiap huruf dalam sebuah nama itu memiliki arti. Bahwa dalam setiap huruf selalu mengandung potongan dari pemiliknya. Allena dan Alena, tentu mereka berbeda. Allena adalah aku, Alena entah siapa dia. Apalagi sebuah syllable, Aresta. Itu bermakna banya. Aresta Dirga dan Ares Dirga tentu bisa menjadi dua orang yang berbeda. Allena dan Alana, dengan syllable berbeda, sangat jauh perbedaannya. Ya, kau tentu tahu apa semua maksudku."
Kamu hanya tertawa getir mendengar beberapa kalimat terakhirku. Aku tahu, straight to the point. Kamu yang ingin dikenal sebagai Ares Dirga seseorang yang menjadi pusat perhatian di media sosial dengan berbagai jokes buatannya. Bukan Aresta Dirga yang kukenal, Aresta yang tidak pernah berhasil berdamai dengan hidupnya. Dengan orang tuanya, dengan masa depannya, masa lalunya, serta dengan perasaannya sendiri. Kamu bahkan tidak pernah bisa tahu untuk siapa kauberikan seluruh hatimu. Aku atau Alana--kembaranku yang sudah tiada.
"Maaf, Al, aku selalu gagal untuk berusaha berdamai dengan hidupku. Bahkan untuk tahu kepada siapa hati ini kuberikan. Aku tidak pernah berhasil menjadi Ares Dirga dalam hidupku." Hanya senyum pahit yang kini terukir di bibirmu. "Aku... selemah itu." Setetes air mata dengan kilat meluncur dari matamu. Aku lihat itu, walau cepat sekali, karena aku tahu betapa hatimu tidak pernah berhasil kembali utuh.
Lagi-lagi, dadaku remuk redam. Kamu selalu terjebak masa lalumu. Selalu terjebak antara aku dan Alana, selalu gagal menerimaku sebagai Allena dengan utuh.
"Maaf kalau aku selalu minta dicintai sebagai Allena, Aresta." Kini aku yang berlinang air mata. "Seharusnya aku tahu, bahwa Allena tak pernah ada dan tak pernah berhak untuk dicintai olehmu. Hanya Alana yang pantas. Alana seorang."
Aku bangkit dan beranjak pergi. Aku tidak pernah sanggup untuk menghadapi kenyataan bahwa aku selalu menjadi bayang-bayang Alana. Kenyataan bahwa Aresta tidak pernah berhenti mencintai Alana sampai menganggapku sebagai sosoknya.
Apa yang lebih menyakitkan selain menyadari kenyataan bahwa kamu dicintai sebagai orang lain?[]
***
cr prompt here.
0 comments:
Posting Komentar