Sejauh Imaji Pernah Membayangkan

Ketika disebut tempat terjauh yang ingin saya kunjungi, yang muncul di benak saya bukan Mekkah, Jerman, Jepang, Inggris, Belanda, Norwegia, dan beberapa negara lain yang pernah saya sebut kalau ditanya ingin ke mana. Itu masih dekat. Pakai pesawat saja sudah sampai. Jangan kaya orang susah deh.

Sudah bisa ditebak kalau tempat yang saya ingin kunjungi bukan negara-negara yang tidak perlu saya sebut lagi. Saya mau ke Narnia atau ke Hogwarts saja. Berhubung saya kelihatannya perlu memilih salah satu, saya mau ke Narnia.

Kenapa saya pilih Narnia? Karena nggak ada transportasi yang bisa saya pakai untuk datang ke Narnia. Tiga kali Pevensie bersaudara datang ke sana, mereka sama sekali tidak menduga bahwa cara-cara itu yang membawa mereka ke sana. Makanya itu saya menganggap Narnia lebih jauh dari Hogwarts. Kalau mau ke Hogwarts kita bisa naik kereta, tapi Narnia tidak begitu.

Kalau sudah di Narnia nanti, saya sebenarnya masih bingung mau apa di sana. Nggak mungkin lah saya datang ke sana lalu ikutan perang. Sudah damai-damai di Pekalongan untuk apa saya jauh-jauh ke Narnia kalau ujung-ujungnya di sana perang. Mending saya tetap di kamar meski kalau siang seterik tadi itu panas.

Mungkin yang paling ingin saya lakukan di Narnia adalah bertemu Aslan. Alasannya karena dia singa. Saya sudah lupa kapan terakhir kali melihat singa, makanya kalau pergi ke Narnia saya mau bertemu dengan Aslan. Bukan sekadar melihat, saya bahkan bisa mengobrol dengannya sambil duduk di punggungnya dan menyusuri bibir pantai. Kok asyik, ya. Semoga Aslan mau sebaik itu dengan saya.

Setelah bersama Aslan, saya mau jalan-jalan keliling Narnia dan berkenalan dengan penduduk asli sana. Bukan, bukan manusia-manusia yang bisa saya ajak mengobrol haha-hihi lalu dijamu dengan berbagai hidangan di rumah mereka. Saya justru ingin bertemu dengan Reepicheep beserta pasukannya, pasangan berang-berang yang waktu itu membantu Pevensie bersaudara bebas dari kejaran serigala antek Penyihir Putih, para centaurus yang berpihak pada pasukan Aslan, dufflepud-dufflepud menyebalkan yang membuat jejak palsu seorang raksasa, dan yang paling ingin adalah bertemu dengan pohon-pohon di hutan sana yang dapat berbicara. Mungkin masih banyak lagi yang belum sempat saya sebut. Tapi semua itu keren! Saya nggak bisa menemui itu semua di dunia nyata. Walaupun tidak sempat mengobrol dengan mereka, saya rasa melihat mereka dengan mata kepala saya sendiri sudah lebih dari cukup.

Narnia dan Hogwarts mungkin bukan tempat terjauh untuk dikunjungi. Tetap masa lalu yang paling jauh, karena kita tidak akan pernah bisa ke sana. Meski sama mustahilnya, saya tetap lebih memilih menginginkan pergi ke Narnia dan Hogwarts. Karena saya percaya, hanya mereka yang penuh penyesalan yang ingin pergi ke masa lalu. Bagi saya, masa lalu ada untuk dikenang. Tidak lebih dari itu. Mengingat tentu berbeda dengan ingin kembali.

--
Diikutkan dalam "7 Hari Tantangan #KampusFiksi dan #BasaBasiStore".

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top