Resolusi yang Teracak Muncul di 2017

Hari ketiga, dan kali ini masih seputar hal yang tidak akrab dengan saya--resolusi tahunan tentang lima hal yang ingin saya capai tahun ini. Sebagai manusia yang terus berkembang, baik dari segi fisik maupun psikis, saya rasanya nggak pernah membuat apa itu resolusi yang sebenarnya bisa menjadi dasar saya untuk terus berkembang. Saya nggak suka pakai resolusi tahunan saat banyak orang justru berlomba-lomba membuatnya.

Resolusi keinginan saya selalu acak, suka-suka saya mau meresolusikan apa, suka-suka saya pula kapan resolusi itu muncul. Nggak pernah pas untuk disebut resolusi tahunan karena kadang batas waktunya hanya satu semester, atau bahkan satu bulan. Semuanya acak, karena saya bukan tipe yang suka merencanakan sesuatu dengan baik kalau ingin rencananya tidak gagal--atau alasan yang paling malas saya akui, kalau saya sebenarnya masih remaja gampang galau dan labil jadi resolusinya nggak konsisten.

Sejauh bulan Januari ini dan sedikit mikir keras karena belum banyak mendapat ilham tentang apa yang saya inginkan, saya menuliskannya di tulisan kali ini. Apa yang tertulis di sini pun sepertinya sudah terpikirkan sebelum 2017, sudah jauh-jauh hari atau bahkan ini lebih menjurus ke resolusi kehidupan saya.

1.
Lulus dengan nilai yang nggak hancur-hancur amat. Sebenarnya, saya nggak seputus asa itu kok. Nilai-nilai saya di semester lima tidak sehancur nilai-nilai saya di semester satu yang kini saya sesali sambil ngakak karena akhirnya tidak akan bisa ikut SNMPTN. Hanya saja saya tidak ingin terjadi njomplang yang kebangetan dengan nilai-nilai kelulusan saya di jenjang sebelum-sebelumnya. Mungkin nggak perlulah saya dapat paralel lagi seperti dulu-dulu, dapat rata-rata 8.5 sampai 9 saja sudah cukup. Biar ijazahnya nggak memalukan amat dilihat sama anak saya nanti.

2.
Masuk PTN yang diinginkan. Setelah lulus dari SMA, tentu saya ingin melanjutkan kuliah, dong, seperti ratusan ribu siswa di luar sana. Mendapat kursi di PTN yang diingikan tentu menjadi doa yang sama wajibnya seperti doa lulus dengan nilai cukup baik. Mohon doanya saja untuk saya supaya bisa masuk ke PTN yang diinginkan, karena mewujudkan keinginan satu ini--yang paling saya inginkan--sama sekali tidak sederhana. Ada ratusan ribu siswa yang juga berdoa tentang hal satu ini, dan tidak sampai seperlima dari kami yang akan lulus dan duduk di bangku PTN.

3.
Datang KF Emas 2017. Ini mungkin sangat sederhana, tapi bagi saya sejak menjadi alumni tidak sesederhana mendaftar, pesan tiket, dan..., tring sudah di Jogja duduk manis mengikuti acara. Saya selalu gagal datang ke acara akbar Kampus Fiksi tersebut selama dua tahun terakhir, dengan alasan yang sama pula: menjadi panitia sebuah acara di hari yang bersamaan. Dua tahun itu rasanya saya selalu ingin ngruwes proposal acara agar tanggalnya berubah dan saya bisa datang ke KF Emas tanpa meninggalkan tanggung jawab sebagai panitia acara. Mau tidak mau, dua tahun terakhir itu saya harus stay di Pekalongan dan rela ngiler melihat teman-teman yang lain pada meet up. Bahkan tahun kemarin Ocheng juga tega membuat saya ngiler.

Atas dasar sebagai penawar kesedihan di dua tahun itu, 2017 ini saya bertekad bahwa tidak ada yang bisa menghalangi saya datang ke KF Emas kecuali Tuhan. Sudah cukup saya harus menahan rindu untuk teman-teman yang hanya bisa saya jumpai di Kampus Fiksi Emas. Dua tahun tidak pernah terdengar sebentar untuk rindu yang meluap.

4.
Pramukaan lagi. Saya rindu sibuk, saya rindu dikelilingi kertas-kertas sampai bingung semua di sekitar saya sebenarnya kertas apa saja (Memang banyak sekali, saya yakin tidak ada yang menyaingi banyaknya kertas-kertas saya itu dari teman-teman yang lain di organisasi itu.), saya juga rindu menyumpahi pembina diam-diam karena tidak sepemikiran dengan kami. Saya rindu semua yang pernah membuat saya nyaris menangis di periode saat menjabat sebagai Dewan Ambalan. Meski hal-hal begitu kerap kali membuat saya terus-terusan berkorban dan memilih--termasuk memilih acara Pramuka atau KFE seperti sebelum-sebelumnya. Hidup itu memang pilihan, kan?

Sejak kelas 12 ini segala hal berbau Pramuka perlahan terpaksa saya tinggalkan. Rasanya aneh, setiap diajak acara saya menolak halus dengan alasan tambahan orang tua saya tidak mengizinkan. Mungkin ini semacam saya harus membayar izin-izin saya yang mudahnya bukan main dua tahun belakangan.

Semoga tahun 2017 saya masih bisa kembali kemah, mengembara, atau diskusi-diskusi lain yang mempertemukan saya dengan orang-orang luar biasa di Pramuka. Semoga masih banyak kesempatan saya bisa pakai baju cokelat muda-cokelat tua itu.

5.
Bisa selalu bahagia. Yang terakhir, sebagai pamungkas dari semuanya, saya harap saya tidak lupa cara untuk bahagia paling sederhana. Semoga saya selalu bisa bahagia di situasi paling kampret sekalipun. Semoga saya masih selalu bisa melihat setitik kebahagiaan di tengah derita hidup. Karena saya tahu, mencari jarum di tumpukan jerami sama sekali bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Terlalu serius, ya? Ya sudah, tidak usah ambil pusing dan nyinyirin itu semua. Saya mohon doanya saja supaya kelak apa yang saya inginkan--terutama lima hal di atas--bisa tercapai satu per satu. Aamiin.

---
Diikutkan dalam #10DaysKF

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top