Tantangan hari kedua, tentang tiga hal yang kemungkinan besar akan membuatmu histeris.
Well..., nggak tahu kenapa tema hari ini masih membuat saya kebingungan. Histeris merupakan salah satu hal yang jarang saya lakukan. Kalaupun kaget ataupun ketakutan, saya lebih memilih diam bereaksi "oh, gitu". Bukan mau sok cool atau apa. Alasannya karena saya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka kalau ada orang yang histeris yang berlebihan. Setidaknya selama masih batas wajar, itu tidak terlalu mengganggu buat saya.
Yah, tapi kita coba dulu berandai-andai. Kira-kira hal apa saja yang akan sanggup membuat saya histeris kalau saya mau.
1.
Gregetan dengan tokoh yang ada di buku atau film. Ini sepertinya hal yang paling mungkin untuk saya memberikan reaksi histeris. Sebagai orang yang gampang gemes dan pengen nguleg tokoh yang wataknya gitu banget, sudah pastilah ini bakal menjadi salah satu hal yang membuat saya histeris kalau saya mau. Apalagi mengingat yang bisa saya lakukan hanya sebatas memisuhi mereka tanpa sanggup menjitak kepalanya, mungkin hal itulah salah satu penyebab kalau saya tampak histeris.
2.
Lulus SNMPTN. Sebagai manusia di tingkat akhir Sekolah Menengah Atas, siapa yang nggak bakal jingkrak-jingkrak bahagia luar biasa ketika mendengar namanya lulus SNMPTN--meski hanya masuk 50% dalam nama orang-orang yang mendapat kesempatan untuk mendaftar. Apalagi mereka berhasil lulus ke jurusan yang mereka impikan. Saya bisa jadi benar-benar histeris bukan lagi berandai-andai seperti sekarang--yang sayangnya lulus SNMPTN adalah bagian dari berandai-andai itu sendiri--jika mendengar nama saya termasuk ke dalam peserta diterima yang presentasenya tidak sampai 20%. Bisa disimpulkan bagaimana nasib saya pada SNMPTN dari pernyataan-pernyataan itu, tentu saja. Seratus persen, saya akan menjadi pejuang SBMPTN. Kemungkinan lulus SNMPTN bagi saya ada di level keajaiban. Memang mengenaskan.
Untuk nilai saya yang membuat pesimis lulus SNMPTN meski hanya untuk mendaftar di 50% kuota sekolah, hening cipta mulai.
Untuk nilai saya yang membuat pesimis lulus SNMPTN meski hanya untuk mendaftar di 50% kuota sekolah, hening cipta mulai.
3.
Yang terakhir, jujur saya terkejut kalau saya pernah teriak-teriak heboh. Padahal kan saya kalem, tapi bohong. Hal itu terjadi dua kali, dan ini saling berkaitan karena saya sampai dikejar-kejar sungguhan membuat histeris sungguhan. Tidak di level andai-andai lagi. Hanya dua yang parah sampai lari-larian tak jelas, waktu saya mau dilempar ke kolam hijau depan aula sekolah selepas kegiatan Pramuka dan dikejar-kejar dipaksa pakai make up sama teman sekelas saya.
Pertama, memang siapa sih yang mau dilempar ke kolam hijau penuh lumut dan bau airnya luar biasa sampai membuat orang istighfar? Terlebih lagi mengingat saya harus pulang jalan kaki dari sekolah ke rumah. Jelas itu mimpi buruk yang menjadi nyata. Hari itu kami memilih untuk merayakan segala yang perlu dirayakan setelah sidang pleno dan terpilihnya pradana untuk periode 2015/2016. Saya yang awalnya tidak berniat ikut-ikutan tiba-tiba dikejar, sudah jelas saya histeris. Makin histeris, ketika saya tahu sepatu hitam saya satu-satunya yang tidak akan kena razia di gerbang ikut tercebur ke dalam kolam. Mari kita senyumi saja, dan bergabung menjerumuskan orang-orang ke kolam berbau jahanam itu.
Yang kedua mungkin rada absurd, tapi kalian akan berpikir bahwa itu masuk akal jika ada di posisi saya. Saya dipaksa pakai entahlah lipstick, lip tint, atau apalah saya nggak ingat gincu-gincunan itu. Mereka berkeras ingin memakaikan gincu itu ke saya. Saya lari-lari sampai harus sembunyi di kolong meja supaya tidak terjangkau mereka. Perlu perjuangan bagi saya ataupun mereka, saya yang mau sembunyi dan mereka yang berkeras memakaikan gincu ke saya.
Nggak salah memang, sampai membuat saya lari-lari sembunyi drama berhias histeris membuat yang lain hanya menatap bengong ke arah kami, tapi saya nggak mau saja. Saya nggak terlalu suka hal-hal begituan kecuali perlu. Lah ini, cuma di kelas saja dan pelajaran biasa, kan nggak perlu pakai gincu.
Pertama, memang siapa sih yang mau dilempar ke kolam hijau penuh lumut dan bau airnya luar biasa sampai membuat orang istighfar? Terlebih lagi mengingat saya harus pulang jalan kaki dari sekolah ke rumah. Jelas itu mimpi buruk yang menjadi nyata. Hari itu kami memilih untuk merayakan segala yang perlu dirayakan setelah sidang pleno dan terpilihnya pradana untuk periode 2015/2016. Saya yang awalnya tidak berniat ikut-ikutan tiba-tiba dikejar, sudah jelas saya histeris. Makin histeris, ketika saya tahu sepatu hitam saya satu-satunya yang tidak akan kena razia di gerbang ikut tercebur ke dalam kolam. Mari kita senyumi saja, dan bergabung menjerumuskan orang-orang ke kolam berbau jahanam itu.
Yang kedua mungkin rada absurd, tapi kalian akan berpikir bahwa itu masuk akal jika ada di posisi saya. Saya dipaksa pakai entahlah lipstick, lip tint, atau apalah saya nggak ingat gincu-gincunan itu. Mereka berkeras ingin memakaikan gincu itu ke saya. Saya lari-lari sampai harus sembunyi di kolong meja supaya tidak terjangkau mereka. Perlu perjuangan bagi saya ataupun mereka, saya yang mau sembunyi dan mereka yang berkeras memakaikan gincu ke saya.
Nggak salah memang, sampai membuat saya lari-lari sembunyi drama berhias histeris membuat yang lain hanya menatap bengong ke arah kami, tapi saya nggak mau saja. Saya nggak terlalu suka hal-hal begituan kecuali perlu. Lah ini, cuma di kelas saja dan pelajaran biasa, kan nggak perlu pakai gincu.
Mungkin itu tiga hal yang kemungkinan besar akan membuat saya histeris--lebih tepatnya dua, yang satu itu pengalaman histeris saya. Mungkin sedikit melanggar aturan karena terhitung empat. Namun anggap saja yang terakhir itu memang pantas satu poin karena intinya sama--saya selalu histeris saat dikejar untuk dipaksa sesuatu yang membuat ingin berkata kasar.
Histeris boleh karena itu HAM, tetapi mendapat ketenangan juga merupakan HAM. Nggak ada di UUD 1945 ayat 28 memang, tapi itu ada di UUD kehidupan dari saya. Jadi, histerislah pada tempatnya.
---
Diikutkan dalam #10DaysKF
0 comments:
Posting Komentar