At 2. A.M.

At 2 A.M.
Oleh: Refa A.
Tidak ada yang lebih putus asa dari pemikirian pukul dua pagi. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada aku yang terus memikirkanmu. Bahkan ketika kau masih sibuk dengan yang lain di dalam mimpi. Aku memang sebodoh itu.
Aku tidak pernah sadar hal apa yang membuatku begitu terpesona kepadamu. Kau memesona dengan caramu yang tidak biasa. Kau memesona karena itu adalah dirimu.
Bagiku yang berandal dan sulit diatur, kau adalah tembok penghalang kebebasanku. Kata-kata kutipanmu dari kitab suci hanya angin lalu. Kamu yang terus-terusan mengingatkanku untuk melakukan banyak hal baik dan berada di jalan yang benar, membuatku ingin meneriakimu bahwa hidup ini bukan tentang jalan yang paling benar.
Namun, kamu selalu aku cintai karena itu adalah dirimu.
Kamu dan aku. Dua hal yang tak akan menyatu, tak akan melebur menjadi kita. Kata ‘dan’ selalu menjelaskan betapa berbedanya kita. Kita terlalu berbeda untuk saling melengkapi. Aku yang selalu lelah kau nasihati, kamu yang selalu meminta orang lain berada di jalan yang benar. Aku dan kamu, dua kata yang akan janggal ketika disandingkan jika mengingat betapa berbedanya kita.
Hidupku di jalanan. Kehidupan malam bagiku adalah segalanya. Alkohol dan aku adalah dua hal yang tidak akan dapat dipisahkan dalam kalimat berbeda. Sedangkan kamu, hal yang paling pantas disandingkan denganmu adalah rumah tuhan. Sangat jauh lebih pantas daripada denganku. Lagi-lagi aku harus mengakui kita sangat berbeda dan aku tetap mencintaimu meski membenci perbedaan kita.
Kalau boleh berharap, aku ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Kalau boleh berharap, aku ingin akulah sosok yang pantas untuk berjalan bersamamu melewati aisle. Kalau boleh berharap, sosok yang tadi pagi di gereja bersama gadis berambut merah itu adalah aku bukannya dia.
Tidak ada yang lebih putus asa dari pemikirian pukul dua pagi tentangmu. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada aku yang terus terlarut hal-hal tentang aku dan kamu—yang takkan menjadi kita. Bahkan ketika kau masih sibuk dengan yang lain di dalam mimpi. Aku memang selalu sebodoh itu.
Tiga ratus kata terlalu sedikit untuk mengungkapkan tentang kita, tetapi aku tahu tidak baik membiarkan luka baru terus berdarah.
*** 
Pekalongan, 10 Juli 2016

04.08

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top