“Sadarilah, tangan itu ada untuk menggenggam tangan
orang yang berharga bagimu,” ucapnya sambil menggenggam tanganku semakin erat.
Tubuhnya perlahan tapi pasti mulai menjadi transparan, perlahan mulai lenyap
dari pandanganku. Sebuah bunyi monoton keluar dari arlojinya, menandakan
waktunya sudah habis. Tiga jamnya di arena kali ini ternyata tidak bisa memenangkan
masa hidup untuk ke depan dari lawannya. Dengan begitu, ia harus lenyap dari
mana pun. Termasuk dari ingatan. Gadisku itu mati, dalam arti yang
sesungguhnya.
“TIDAK! JANGAN! Kau berjanji untuk terus hidup! Tepati janjimu!” teriakku kalap. Tanganku meraih-raih liar, kedua mataku terbelalak tidak percaya dengan air mata yang tidak kutahu bagaimana cara menghentikannya.
Kudapati wajah yang sebelumnya selalu dingin itu tersenyum. Tatapan tajam yang lalu kini menjelma hangat.
“Hiduplah, meski harus mengambil keberadaanku. Aku…mencintaimu.”
_______________
Diikutsertakan dalam tantangan #FiksiLaguku yang diberikan oleh @KampusFiksi dan terinspirasi dari lagu The Everlasting - EGOIST

0 comments:
Posting Komentar