Cerita Kita

source: google.com

Aku masih ingat jelas ketika aku baru mengenalmu. Aku hanya mengenalmu lewat dunia maya, walaupun dalam wujud nyata aku bertemu denganmu setiap hari. Begitu berbeda sosokmu di dunia maya dan dunia nyata. Di dunia maya, kamu terkesan cerewet dan banyak tingkah. Di dunia nyata, kamu terkesan pendiam. Haha, sungguh, keduanya begitu bertolak belakang.

Perlahan-lahan aku mulai menyukaimu. Aku mulai menyayangimu. Kamu belum menyadari. Muncul harapan kamu juga mempunyai rasa yang sama. Tapi, harapanku pupus, ketika aku tahu kamu menyayangi orang lain. Bukan aku.

Kamu belum juga mengetahui rasa ini. Kamu belum berubah. Kamu tetap seperti dulu. Aku suka itu, kamu yang pendiam terlihat begitu cerewet ketika di dunia maya. Aku hanya beberapa kali mengobrol denganmu, suaramu masih terus terngiang ditelingaku. Senyumanmu juga masih melekat erat pada ingatanku.

Masih tergambar jelas, ketika kamu menyapaku. Lalu, kamu mengajakku mengobrol sepatah dua patah kata. Perbincangan yangg singkat, tapi itu kenangan indah untukku. Ah, seandainya waktu bisa diputar balikkan, aku akan terus mengulang saat-saat itu.

Waktu terus berlalu. Kamu mulai berubah. Yah, mungkin memang semuanya harus berubah. Kamu yang sekarang bukan yang aku kenal dulu. Kamu mulai menjauhiku. Mungkin kamu menyadari perasaanku ini. Semua berbeda dari yang aku harapkan. Aku berharap kamu bisa mengerti, tapi kamu malah semakin menjauhiku. Itu bukan membuatku bisa melupakanmu, tapi kamu menyakitiku.

Itu semua belum apa-apa. Jauh lebih sakit ketika aku tahu kamu menjalin sebuah hubungan dengan seseorang. Hatiku rasanya remuk. Tapi, sekali lagi aku menyayangimu. Bagaimanapun juga asal kau bahagia, aku ikut bahagia. Munafik kedengarannya. Dan itu memang benar. Aku bohong mengenai itu. Aku terus bertahan dalam sandiwara. Aku pura-pura merelakannya. Aku pura-pura tersenyum di depan orang-orang 

Kapan sandiwara ini akan berakhir? Kapan aku tidak harus pura-pura tersenyum lagi di depan orang-orang? Mereka tak tahu yag sesungguhnya aku rasakan. Mereka hanya tahu, aku yang tegar dan selalu tersenyum. Bukan aku yang rapuh, seperti kenyataannya. Aku ingin menyudahi semuanya. Aku ingin menghentikan sandiwara ini. Aku ingin semua kembali seperti dulu. Ketika semua baik-baik saja. Aku ingin kamu yang dulu, ketika kamu masih merasa mengenalku. Saat kamu selalu bisa kuajak bicara meluapkan perasaanku.

Refaans :))

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top